Kemandirian. Sebuah kata yang menyertai keseharian saya, semenjak memutuskan hijrah dari kampung halaman di Lampung. Di Jogja, saya berusaha untuk mandiri. Mengupayakan nafkah sendiri dengan mencoba berbagai bisnis kecil-kecilan. Saya pun bertekad untuk bisa kuliah dengan biaya pribadi.
BERKONTRIBUSI MEMAJUKAN PENDIDIKAN ANAK-ANAK KURANG MAMPU
Dori Saputra, S.H.I
FOUNDER BARKASMAL
Lewat rezeki berjualan Susu Kedelai saya mulai menabung. Hasilnya selain untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, juga untuk memenuhi biaya perkuliahan di UIN SuKa, hingga akhirnya bisa untuk anggaran pernikahan.
Menikah di usia muda, sembari menjalankan usaha serta menyelesaikan skripsi menjadi tantangan tersendiri bagi saya dan istri.
Pengalaman kami dalam memenuhi kebutuhan hidup sekaligus menyelesaikan pendidikan ini, menumbuhkan inspirasi bagi kami untuk bisa meringankan beban anak-anak kurang mampu untuk terus sekolah.
.background-text {
background-color: #0657a3; /* Ganti dengan warna latar belakang yang diinginkan */
padding: 20px; /* Padding atas bawah kanan kiri 20px */
}
.background-text p {
margin: 0; /* Menghapus margin default pada elemen
*/
}
Background Text Color
Gagasan ini mengingatkan kembali pada "hobi" saya dahulu, menyalurkan donasi untuk membantu sekolah anak-anak dhuafa dari hasil menjual koran dan kertas bekas.
Bersama istri, kami pun mulai menghidupkan kembali aktivitas berdonasi dengan mengumpulkan kertas bekas skripsi dan tugas perkuliahan. Tanpa disangka, niat baik kami ini tersebar, viral secara konvensional. Donatur pun datang dari berbagai kalangan, dan barang donasi tidak lagi terebatas pada kertas bekas.
Komentar positif pun berdatangan. Salah satunya memberikan saran untuk menjadikan aktivitas ini memiliki legalitas. Alhamdulillah, dengan dukungan banyak pihak, pada 2013 kami pun akhirnya medirikan yayasan bernama Barkasmal.
Sebuah nama sebagai identitas, semangat sekaligus bermakna doa, "barang kertas bekas menjadi amal" untuk pendidikan dan masa depan generasi Indonesia.
Belum genap satu tahun berjalan, kami di uji dengan usaha Susu Kedelai yang gulung tikar, sehingga harus mencari pengganti sumber nafkah yang lainnya, dan fokus untuk Barkasmal menjadi berkurang. Atas ijin Allah, niat kami untuk "melepas" Barkasmal malah menjadi titik awal profesionalisme manajemen Yayasan, dengan bergabungnya banyak pihak untuk membantu pengelolaan Barkasmal.
Alhamdulillah, bermula dari 3 siswa binaan, kini kami membina 24 siswa dan akan terus bertambah untuk terus bisa bersekolah. Terimakasih untuk seluruh pihak yang telah membersamai kami, yang tak bisa kami sebutkan satu per satu. Semoga menjadi pahala amal jariyah yang abadi. Aamiin.
Semoga kami terus bertumbuh, menjaga amanah, menghidupkan semangat bersekolah. InsyaAllah.